Oleh; Iwan Rudi Setiawan
Peristiwa pembakaran bendera HTI yang bertuliskan kalimat
Tauhid di Garut pada saat Peringatan Hari Santri Nasional tanggal 22 Oktober
tahun 2018 lalu menyisakan sejarah yang
tidak terlupakan , dimana saat itu, masyarakat Indonesia terpecah belah menjadi
yang pro untuk ditindak pembakaran bendera tersebut dan menyeret untuk
membubarkan Ormas pelakunya, dan kelompok yang pro atas pembakaran bendera
tersebut, dengan alasan bendera itu adalah salah satu simbol organisasi yang
sudah terlarang.
sebelumnya saat pertandingan antara Persib dan
Persija pada Liga 1, telah terjadi peristiwa yang naas atas pengeroyokan salah
seorang Suporter Persija, sampai meninggal. Hal itu menimbulkan konsekwensi
yang panjang sampai dihukumnya Pemain Persib, Panitia Penyelenggara hingga ke
Klub Persibnya itu sendiri.
Saat ini, dimasa pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
semakin terpecah para pendukung Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden,
walaupun masih sebatas di media sosial, saling serang opini antara satu kubu
dengan kubu yang lainnya, dengan menyebut istilah kampret ataupun cebong. Untunglah masih sebatas di Media Sosial, belum
berbentuk fisik.
Sumpah pemuda lahir dari kesadaran mencari suatu identitas
diri bangsa. Peristiwa sumpah pemuda merupakan salah satu peristiwa terpenting
bagi bangsa dan negara Indonesia. Sebab tanpa adanya peran pemuda masa lalu
tidak mungkin pula bangsa ini bisa tegak hingga saat ini. Ikrar persatuan para
pemuda menjadi satu tonggak utama berdirinya Indonesia.
Para pendiri bangsa pada tahun 1928, pada masa itu masih
berusia muda, merasa resah dengan keadaan pemuda yang terkotak-kotak atas nama
kesukuan, dan kebahasaan. Pada saat itu
masih membela atas nama asal suku dan Bahasa, sehingga sulit untuk mempersatukan,
diantara kelompok.
Lahirnya sumpah Pemuda, melalui proses yang panjang,
semenjak tahun 1926 sampai tahun 1928,
kelompok Perhimpunan
Pelajar-Pelajar Indonesia atau disingkat PPPI serta para cendekiawan yang mengemukakan ide
dan gagasanya mengenai masalah bangsa dan negara, dan berkeinginan untuk menyatukan seluruh organisasi yang berbasis
pemuda yang ada di seluruh Indonesia.
Pertemuan telah berlangsung selama 1 tahun sejak tahun 1926,
hingga akhirnya diperoleh hasil pada
tanggal 20 Februari 1927. Tepat pada bulan Mei tahun 1928 pertemuan diadakan
kembali dan berlanjut pada pertemuan selanjutnya tanggal 12 Agustus 1928 yang
merupakan pertemuan terakhir. Pertemuan terakhir tersebut juga dihadiri oleh
seluruh barisan organisasi pemuda yang ada di Indonesia.
Dari pertemuan tersebut akhirnya dihasilkan keputusan yakni
akan diadakan Kongres pada bulan Oktober mendatang, tepatnya pada tanggal 27
dan 28 Oktober 1928. Sementara itu,
untuk susunan panitianya adalah masing-masing organisasi memiliki satu jabatan.
Selain organisasi PPPI, organisasi lain juga terlibat, diantaranya seperti Jong
Java, Jog Celebes, Jong Soemantranen Bond, dan organisasi lainnya. Sementara
itu, tokoh-tokoh cendekiawan yang
terlibat adalah J. Leimena,
Muhammad Yamin, serta Sugondo Djojopuspito.
Dari hasil kongres tersebut akhirnya dihasilkan sebuah
rumusan Sumpah Pemuda. Moehammad Yamin merupakan penulis dari teks Sumpah
Pemuda ini. Rumusan Sumpah Pemuda itu juga telah disetujui oleh Soegondo
Djojopuspito yang merupakan ketua dari kongres ini. Rumusan Sumpah Pemuda ini
akhirnya dibacakan oleh Soegondo pada tanggal 28 Oktober 1928. Sementara pada tanggal 27 Oktober 1928 diperdengarkannya instrumen Lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman.
Kembali pada peristiwa di atas, bahwa kejadian tersebut
akibat pembawa kerusuhan tidak mentaati aturan yang sudah ditetapkan, dimana pada
saat Hari Santri Nasional, peserta Upacara dilarang membawa bendera selain
Bendera Merah Putih. Sementara Suporter Persija bersikeras ingin menonton
kesebelasannya bertanding, padahal supporter persija sudah dilarang untuk
menonton pertandingan tersebut yang diadakan di Bandung. Dan Bandung sebagai
Tuan rumah dari pertandingan tersebut.
Menelaah peristiwa tersebut, nampak benang merahnya bahwa
para pemuda masih memiliki ketidaksukaan atas terjadinya perbedaan. Padahal
intinya Sumpah Pemuda adalah untuk menjadikan sebuah perbedaan menjadi
kesatuan.
Ingatlah yang kita lawan itu bukan musuh, tapi masih
saudara. Saudara se nusa, se bangsa dan se Bahasa. Yaitu Bangsa dan negara Indonesia.
Mari kita jadikan sumpah pemuda sebagai sumpah persatuan.